Sentimen negatif perang tarif dari Presiden Trump mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tajam terutama paska dibuka kembali setelah libur hari raya yang cukup panjang. Di tanggal 8 April 2025 lalu, IHSG melemah tajam 9.1% dalam sehari dibandingkan dengan penutupan pasar sebelum Lebaran di 27 Maret 2025. Namun, jika melihat kinerja IHSG dari 8 April hingga 24 April 2025, IHSG mencatatkan kinerja positif yang cukup cepat di 10.29%.
Dinamisme pasar saham ini dapat menggelitik investor untuk mengambil kesempatan untuk membeli saham, baik untuk tujuan trading maupun untuk investasi dengan jangka yang lebih panjang. Saat Anda memulai perjalanan investasi di kelas aset saham, tidak ada salahnya untuk mengenal istilah valuasi.
Price-to-Earnings Ratio
Dasar valuasi dapat dilihat dengan menggunakan Price-to-Earning Ratio atau PER. PER sendiri merupakan harga dibagi dengan earnings per share dari suatu emiten (perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
Dengan melakukan analisa PER sederhana seperti membandingkan PER saat ini dengan rata-rata historis, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan investor dalam mengambil keputusan investasi, seperti mengetahui apakah suatu emiten undervalued (murah), fair (wajar) atau overvalued (mahal). Sehingga, dalam jangka waktu yang lebih panjang dapat membantu mengoptimalkan kinerja portfolio investasi Anda.
Sebagai contoh:
Jika harga IHSG hari ini adalah 6,500. Sedangkan rata-rata seluruh EPS Perusahaan di BEI adalah Rp 225 per saham. Berarti P/E Ratio IHSG adalah sebesar 6500 / Rp 225 = 28.89x.
Untuk melihat IHSG masih murah (Undervalued) atau mahal (Overvalued) adalah dengan membandingkan P/E Ratio IHSG saat ini dengan rata-rata tahun sebelumnya. Terlihat di bawah adalah grafik P/E Ratio IHSG selama lima tahun terakhir, Dimana P/E Ratio IHSG saat ini berada di 10.71x, lebih rendah dibandingkan rata-rata P/E Ratio selama lima tahun terakhir sebesar 16.89x. Sehingga P/E Ratio IHSG saat ini Undervalued.
Pergerakan aset saham memang cukup fluktuatif namun juga menggoda investor di saat yang sama. Perlu diingat bahwa keputusan investasi tidak dapat dilakukan hanya dengan mempertimbangkan mahal murahnya saham. Investor perlu mempertimbangkan toleransi risiko, tujuan dan jangka waktu investasi, serta dampaknya terhadap keseluruhan portfolio investasinya.
Informasi lebih lanjut untuk produk investasi di OCBC, klik tautan berikut https://www.ocbc.id/id/individu/wealth-management.
Catatan Penting: